Aku

Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Chairil... Continue Reading →

Malam

Mulai kelam belum buntu malam kami masih berjaga –Thermopylae?- - jagal tidak dikenal ? - tapi nanti sebelum siang membentang kami sudah tenggelam hilang Chairil Anwar Zaman Baru, No. 11-12; 20-30 Agustus 1957

Malam Di Pegunungan

Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin, Jadi pucat rumah dan kaku pohonan? Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin: Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan! Chairil Anwar 1947

Prosesi

New York, 10 Mei 1919 NONA May yang kuhormati, Bersama ini aku sertakan kopi pertama Prosesi yang baru kuterima. Akan kutemukan semua mimpi, yang sebagaimana adanya, tampak setengah nyata setengah kabut. Jika kebetulan engkau menyukai segala sesuatunya, maka pengakuanmua itu akan pulang kembali menjadi penghormatan yang nyata; jika tidak, semuanya akan kembali pada kabut. Salam dan penghormatanku selalu... Continue Reading →

Kenangan 1000 Musim Semi dan 1000 Musim Gugur

New York, 7 Februari 1919 NONA May yang terhormat, Suratmu mengingatkan aku kembali akan “kenangan seribu musim semi dan seribu musim gugur”, dan terbayanglah diriku berdiri di depan hantu-hantu itu yang raib dan bersembunyi dalam kesunyian segera setelah gunung berapi meletus di Eropa –ya, betapa lama kesunyian itu. Tahukah engkau, kawan, bahwa biasanya aku menemukan pelipur... Continue Reading →

Derai-Derai Cemara

Cemara menderai sampai jauh terasa hari akan jadi malam ada beberapa dahan di tingkap merapuh dipukul angin yang terpendam aku sekarang orangnya bisa tahan sudah berapa waktu bukan kanak lagi tapi dulu memang ada suatu bahan yang bukan dasar perhitungan kini hidup hanya menunda kekalahan tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, ada yang... Continue Reading →

Roh-Roh Berbagai Tempat

New York, 24 Januari 1919 NONA Ziadah yang terhormat, Semoga hatimu yang baik dan indah berada dalam ketentraman. Hari ini aku menerima nomor-nomor terbitan Al-Muqtattaf pemberianmu, dan kubaca artikel-artikelmu satu demi satu dengan senang sekali beserta kekaguman. Dalam artikel-artikelmu kutemukan pengantar mengenai segala kecenderungan dan kecondongan yang telah begitu lama menarik-narik hatiku dan menggayuti mimpiku; tapi... Continue Reading →

Kejahatan : Kau Sumber Ilham Ku

New York, 2 Januari 1919 SASTRAWATI yang terhormat dan mulia, Banyak persoalan kupikirkan selama membisu dalam bulan-bulan terakhir ini, bulan-bulan yang lewat tanpa menerima jawaban atau surat, namun dalam diriku tak pernah terlintas pikiran bahwa engkau “jahat”. Tapi sekarang engkau malahan mengaku adanya kejahatan dalam hatimu. 09/04/2008 Benar dan tepat kiranya bila aku terpaksa mempercayaimu, karena... Continue Reading →

Aku

May sayang, Aku berutang untuk segala yang kusebut "Aku" terhadap wanita, sejak aku kecil. Wanitalah yang membuka jendela-jendela mataku dan pintu-pintu jiwaku. Kalau saja bukan karena ibu, saudara perempuan dan teman wanita, tentulah aku masih tidur lelap bersama orang-orang yang mencari ketenangan dunia dengan dengkur mereka. ... Aku telah menemukan kesenangan dalam sakit. Kesenangan ini... Continue Reading →

Nyanyian Merdu

Saat aku menulis kembali ayat-ayat cinta yang terangkai dari pena Sang Gibran, airmata ini tidak putus-putus mengalir dan sebak menghimpit di segenap ruang dada ku. Alangkah bahagianya manusia yang bernama May Ziadah sehingga berkali-kali ku sebut ulang nama itu dan merasakan sosok pecinta yang ada di kedua jiwa. Terlalu sulit tuk menolak akan adanya kebetulan... Continue Reading →

Blog at WordPress.com.

Up ↑